Jejak Kalong Dagul

RIWAYAT MOE DOLOE

Teringat di masa kecil ku tahun 80 an.
Hektaran Gunungku Gunung Masyarakat setempat,  hektaran sawahku sawah masyarakat setempat tempat dan lahan  punya pribadi masing-masing surat, girik komplit dsb.

 Di pagi hari menyambut datangnya pagi kicauan burung dari kejauhan terdengar sayup nan merdu.
Pepohohonan nan hijau  akar yang kekar  dan kokoh, siap untuk mempertahankan keperibadiannya yang siap mengabdi buat mahluk yang membutuhkannya,  menampung air dikala datangnya hujan, membahu, memikul beban yang dia emban, mempertahankan kekokohannya, rasanya sangat bersahabat antara alam dan manusiannya……..….. di pegunungan terletak hektaran sawah yang membentang luas menguning jika siap untuk di  panen.


 Masyarakat setempat  udah terbiasa bangun di pagi hari sesudah menunaikan solat subuh  menunggu terbitnya matahari di pagi hari, sambil bergegas mempersiapkan diri  pergi untuk berladang ke tempatnya masing-masing, bercocok tanam di sawah dan menggarap lahan pegunungan.



Di tahun 80an semua hasil kekayaan hutan masih melimpah ruah dari segi buah-buahan, Cempedak (nangka), Durian, Rambutan dll. 
Tak lupa biji karet untuk permainan rakyat asli peribumi terutama untuk kaum anak laki-laki yang suka memainkannya.

Dulu Gunungku Gunung Masyarakatku,  dulu Sawahku Sawah Masyarakatku siap untuk menampung kebutuhan masyarakat yang setia merawat akan alamnya, yang jelas di kedua belah pihak saling membutuhkan kedua-duanya.

Gemah Ripah Loh Jinawi itu kata dulu,
Apa  kata dulu hanyalah tinggal kenangan  dan kenangan yang selalu ada di benak  masyarakat.
Alam tidak bisa di salahkan, yang bisa merubah tempo dulu adalah manusiannya sendiri.

Gunungku Kini hanyalah tinggal kenangan di masa lalu, akibat kebutuhan dan bujuk rayu dari orang-orang yang berduit,  sehingga sangat susah lahan pemakaman  jika ada masyarakat yang meninggal dunia, karna lahan sudah pindah tangan ke konglomerat, emang jaman sudah modern tapi, gimana nasib anak-anak di masa yang akan datang.


Salam
Bhanu Ademaro.

5 komentar:

  1. ╔══╦═╦═╦══╦═╦═╦╦╦╗
    ║║║║║║║╠╗╔╣║║║║║║║
    ║║║║╦║║║║║║╦║╔╬╬╬╣
    ╚╩╩╩╩╩╩╝╚╝╚╩╩╝╚╩╩╝
    [н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ!=D
    [н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ!=D
    [н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ![н̲̅]ɑ!=D

    BalasHapus
  2. ngumpulin uang bukan hanya buat rumah tpi harus sekalihan tanah buat meninggal kita. soalnya di kalong dagul sudah sempit lahanya, bahkan ladang saja dibuat rumah.
    yang lebih parah lagi sekarang sungai cikalong mau dialirkan limbah pabrik.
    haruhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh mau jadi apa kp. tercinta kita. semuanya serba tdk ada. padahal dulunya serba ada. dari mulai buah2an, Lalap, Padi, sungai dll.

    BalasHapus
  3. Nice info ayah banu :)

    visit my blog izeytea.blogspot.com / www.jawaracyber.com / www.jkios.com

    BalasHapus